Lidah orang berakal di belakang hatinya, dan hati orang bodoh di belakang lidahnya. ketahuilah lidah laksana seekor binatang buas. jika kalian lepaskan pasti dia akan membunuh.


mawlawiyah

Minggu, 16 Oktober 2011

Prospek SMK pertanian untuk masa depan bangsa


Pendidikan dipandang sebagai hal yang paling pokok dalam hidup ini yang sekaligus keberhasilannya menjadi kunci dasar dalam membuka pintu kebijakan manusia. Karena pendidikan merupakan proses menggali dan mengasah potensi diri yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup. Ketika seseorang sudah berkecimpung di dunia pendidikan, maka outputnya di dunia kerja nantinya akan maksimal dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia akan terjamin. Keberhasilan di dunia pendidikan juga tak lepas dengan kualitas guru yang menguasai berbagai kompetensi seperti pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Untuk membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan, melakukan evaluasi terhadap metode pendidikan, memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pendidikan dibutuhkan yang namanya filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentag realitas, pengetahuan dan nilai. Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha dimana berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan dan kepribadian manusia.
Dalam filsafat pendidikan, terdapat berbagai aliran mengenai makna sebuah realitas pendidikan, seperti rasionalisme, idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, esensialisme, perenialisme dan rekontruksionisme. Semuanya memiliki pengertian yang berbeda. Untuk penerapannya di sekolah tingkat atas, misalnya SMA menganut filsafat pendidikan rasionalisme karena materi yang diajarkan cenderung ditentukan melalui pembuktian, logika dan analisis yang berdasarkan fakta daripada dogma atau ajaran agama. Untuk MA menganut filsafat ideliasme karena materi yang diajarkan kebanyakan mengandung nilai-nilai moral yang diaplikasikan pada pendalaman ajaran agama. Sedangkan SMK menganut filsafat pendidikan materialisme yang tujuannya untuk perubahan fisik dan sulit untuk memilih bidang lain.
Pembahasan lebih lanjut mengenai sekolah tingkat atas yaitu SMA dan SMK mengingatkan kita pada fenomena pendidikan ditengah-tengah realitas bangsa Indonesia yang saat ini cukup menjadi perhatian. Dimana terjadi perbandingan antara SMA dan SMK. Prospek pada pendidikan SMA di orientasikan pada jenjang pendidikan tinggi sedangkan prospek pada pendidikan SMK adalah di orientasikan pada dunia kerja. Sehingga antara keduanya mampu untuk memberikan stigma yang berbeda antara SMA yang output-nya untuk lebih daripada kedalam teori dan bersifat akademisi dan di SMK pada tataran aplikasi dan menuju output kerja untuk aplikasi pendidikan teorinya.
Pasca SMA peserta didik tidak memiliki kredibilitas kerja karena tanpa didasari dengan aplikasi teori kerja, sedangkan lulusan SMK sudah bisa memasuki dunia kerja karena sudah memiliki skill dari teori pendidikan selama di bangku sekolah. SMA hanya berfokus pada bangku sekolah, tidak bisa menghasilkan lulusan yang mandiri dan siap kerja, sedangkan SMK mampu menghasilkan lulusan siap kerja mengadakan kerjasama dengan pihak pengurus tenaga kerja dan langsung terjun untuk implementasi pendidikan yang sudah dijalaninya.
Fakta yang ada akhir-akhir ini, menunjukkan bahwa pendidikan SMK dipandang sebagai anak emas yang mampu menyelesaikan problematika masyarakat. Tamatan SMK dituntut untuk bisa mandiri dan siap kerja tanpa harus melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi seperti halnya SMA. Hal itu membuat pemerintah tak segan-segan untuk memberikan bantuan dana. Selain itu, SMK juga lebih memberikan input yang bagus untuk kemajuan Indonesia. Seperti dibentuknya jurusan Pertanian di SMK yang bisa menjadi kunci utama keberhasilan Indonesia. Bagaimana tidak, meskipun Indonesia adalah negara agraris dengan kekayaan yang melimpah ruah, tapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa bidang pertanian Indonesia semakin melemah, terbukti semakin banyaknya ketergantungan masyarakat Indonesia dengan bahan pangan yang diperoleh impor dari luar negeri. Ditambah lagi peminat SMK pertanian di Indonesia terlihat menurun akibat adanya stigma bahwa pertanian adalah pekerjaan kasar, masyarakat bawah dan secara finansial tidak menjanjikan. Kondisi ini tentu saja memprihatinkan karena ekonomi negara tetap membutuhkan kemajuan pertanian, terutama untuk menopang ketahanan pangan.
Kebijakan pemerintah dalam membentuk dan mengembangkan SMK pertanian ini merupakan langkah awal yang paling efektif dalam menghasilkan sumber daya manusia yang ahli dibidangnya sejak dini. SMK Pertanian ini tetap berkomitmen ke depan agar setiap pelaku bisnis di bidang pertanian akan lebih meningkat, dan tetap berupaya akan menciptakan jumlah yang lebih banyak tentang kader agrobisnis yang tidak meninggalkan pertanian. Oleh karena itu, semua pihak yang terkait harusnya bisa meluruskan dan memperbaiki berbagai persepsi masyarakat yang menganggap bahwa pertanian di mata anak-anak muda kelihatannya tidak modern dan identik dengan orang miskin. Salah satu caranya yaitu pemerintah bisa menjanjikan lulusan yang ada tersalurkan ke perusahaan-perusahaan. Semakin banyak lulusan SMK yang mudah terserap di dunia kerja maupun mandiri, dengan sendirinya masyarakat bisa yakin soal keberadaan SMK pertanian. Bagi yang kurang mampu secara finansial, pemerintah bisa mengalokasikan beasiswa yang mengambil SMK jurusan pertanian. Selain itu, program kewirausahaan juga harus mulai diperkenalkan.
Sisi lain dari itu semua, tampaknya terjadi kontra dari berbagai sudut pandang. Misalnya jika dilihat dari segi psikologi anak SMK pertanian. Perkembangan pendidikan mereka dimulai saat masa remaja, yaitu usia 15-18 tahun, dimana sedang terjadi proses pencarian identitas dan jati diri. Mereka tertarik untuk mengetahui siapa dirinya, bagaimana dirinya, dan kemana ia menuju dalam kehidupannya. Dalam hal perkembangan karir, menurut teori perkembangan Ginzberg, umur 15-18 tahun berada diantara 2 fase perkembangan, yaitu fase tentatif dan realistik. Terjadi perubahan cara berpikir dari yang subjektif menuju pengambilan keputusan yang realistik dan mengeksplorasi lebih luas karir yang ada. Kondisi mereka tentunya masih labil dalam mengambil keputusan-keputusan yang tepat dan dewasa dalam bidang kehidupan. Mereka baru bisa dikatakan fokus hanya pada karir tertentu dan akhirnya memilih pekerjaan tertentu saat menginjak umur 20 tahun keatas. Jadi dikhawatirkan saat menjalani pertengahan proses pendidikan di SMK, peserta didik belum mampu mengambil keputusan yang matang dan tidak maksimal untuk memfokuskan diri pada pelajaran yang hanya menjurus disatu bidang pilihannya.
Selain itu, masa remaja dianggap terlalu dini untuk melangkah pada dunia kerja. Mereka hanya diajari lebih ke teknologi dari pada sosial. Apabila terus berlanjut, akan terjadi keterpaksaan dalam jiwa remaja. Mereka dihadapkan pada prospek kerja yang kurang jelas. Semua yang masuk SMK hanya bertujuan untuk mencari kerja belaka. Secara tak langsung membuat peserta didik seperti autis, karena hanya beranggapan inilah satu-satunya skill saya. Banyak terjadi ketidaksiapan alumni SMK dalam mengaktualisasikan ilmu yang telah diperoleh.
Jika dipandang dari segi budaya. Kebudayaan di SMK juga sangatlah minim karena hanya berkecimpung di dunia industri belaka. Cenderung mengikuti budaya pendidikan luar negeri yang dari kecil sudah diajari untuk fokus pada satu bidang. Pendalaman pengetahuan kebudayaan Indonesia sangat jarang diajarkan membuat semakin sempitnya wawasan anak didik tentang kebudayaan. Terjadi krisis kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman sumber daya alam. Jika difokuskan pada satu bidang untuk mengolah satu sumber daya alam, yang lain pun akan terabaikan.
Selanjutnya, bukankah Indonesia dari dulu sudah dikenal luas sebagai negara maritim yang agraris? Budaya bercocok tanam pun sudah ada sejak zaman dahulu sebelum adanya sekolah formal yang mengajarkan bidang pertanian. Para petani secara otomatis bisa belajar dari alam tanpa harus mengenyam pendidikan pertanian yang membutuhkan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.
Untuk mengatasi berbagai kontra yang ada, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam. Bahwa pemerintah membuat kebijakan diadakannya program pengembangan SMK pertanian bukanlah tanpa sebab. Mewujudkan generasi yang benar-benar matang dibidangnya dan mengembangkan skill yang dimiliki peserta didik adalah tujuan utama. Apalagi Indonesia merupakan negara agraris, inilah yang justru menjadi sebab kenapa SMK pertanian begitu dibutuhkan untuk kemajuan Indonesia. Antara pertanian yang dulu dan sekarang pun berbeda. Jadi kemajuan pertanian juga bergantung pada didirikan dan dikembangkannya SMK pertanian. Peserta didik dilatih untuk menghasilkan produk pertanian berkualitas tinggi yang diminati pasar dan bisa diterima di supermarket. Untuk itu, mereka dibekali berbagai inovas terbaru dan ilmu pertanian modern yang sesuai dengan kondisi alam, iklim dan perkembangan zaman yang nantinya bisa langsung diterapkan hingga mendapatkan hasil yang baik untuk kehidupan. Hasil pertanian yang melimpah, bermanfaat dan digemari masyarakat pun bisa tercapai.
Petani Indonesia dituntut harus bisa mandiri dalam hal mengolah sumber daya alam sehingga dapat menghasilkan produk-produk alam asli Indonesia yang juga bisa dikonsumsi masyarakat Indonesia sendiri. Dengan target memanfaatkan sumber daya alam yang maksimal diharapkan dapat mengatasi kekurangan bahan pangan masyarakat Indonesia dan mengajak masyarakat mencintai produk pangan dalam negeri serta mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan pangan yang didapat impor dari luar negeri.
Di SMK pertanian juga tidak hanya diajarkan pada pengembangan skill saja. Peserta didik juga dibekali berbagai pengetahuan umum. Meskipun prioritas pembelajaran lebih ke pengembangan skill, tapi paling tidak itu sudah menjadi dasar mereka untuk menambah wawasan pengetahuan yang lain diluar ilmu tentang pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar