Lidah orang berakal di belakang hatinya, dan hati orang bodoh di belakang lidahnya. ketahuilah lidah laksana seekor binatang buas. jika kalian lepaskan pasti dia akan membunuh.


mawlawiyah

Jumat, 19 Agustus 2011

" Sopan Santun", Sebuah Budaya yang Terlupakan

“Sopan Santun” Sebuah Budaya yang Terlupakan : Finayatul Maula, Wanita yang merindukan kebahagiaan.

Mungkin memang benar, seiring perkembangan zaman, tingkah laku para remaja yang berubah dari waktu kewaktu, misalnya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua semakin jarang ditunjukkan. Terlebih masuknya kebudayaan barat yang menyebabkan pudarnya nilai-nilai lokal bangsa ini sehingga remaja Indonesia mau tidak mau mengikuti dan mencontoh kebudayaan tersebut.
Nilai-nilai lokal sangatlah penting bagi remaja karena akan memberi dampak positif dalam membentuk kepribadian bangsa yang menjunjung tinggi nilai kesopanan. Kesopanan zaman dahulu dapat dengan mudah kita lihat pada seorang anak yang selalu sungkem (Bahasa Jawa) ketika berhadapan dengan yang lebih tua. Ironis jika melihat realitas sekarang dimana banyak pergeseran yang dilakukan oleh remaja mengenai budaya sopan santun ini.
Mengingat lingkungan pendidikan merupakan tempat dimana waktu banyak dihabiskan remaja, maka pendidikan karakter sejak dini bisa menjadi solusi jitu dalam mengembalikan moralitas yang telah lama hilang. Karena hal ini erat kaitannya dengan budi pekerti, akhlak mulia, moral dan kecerdasan ganda.
“Sopan santun, sebuah budaya yang terlupakan”, mengingatkan kembali akan nilai-nilai yang  telah lama dekat dengan kita dimasa lalu. Kemudian mencoba mengembalikannya ditengah-tengah kehidupan berbangsa kita saat ini.

Kamis, 18 Agustus 2011

Nasehat dari Sahabat

  • jangan lupa sholat lima waktu
  • Jangan berbicara yang tidak manfaat
  • jangan membuka aurot, (tidak pakai jilbab boleh karena Indonesia bukanlah negara islam), wanita yang tertutup tak ternilai harganya
  • manfaatkan masa mudamu dengan hal positif, pacaran mungkin sedikit ngga pa pa,
  • kalau lagi banyak masalah, bacalah Al-qur'an atau dzikir
  • jaga diri dari perbuatan yang kurang baik
  • pergunakan masa muda untuk mencari jatidiri yang positif, bakat, kreatifitas dan mencari ilmu. karena dimasa tua, kita mungkin ngga menemukan yang seperti itu
  • sebelum tidur, jangan biasakan mendengar musik. tapi perbanyak dzikir dan bacalah syahadat. karena mungkin saja besok kita telah menghadap kehadirat Allah SWT. jadi kalau kita biasa membaca syahadat sebelum tidur dan besoknya meninggal, Insya Allah kita meninggal dalam keadaan suci
  • selalu pamit orang tua kalau keluar
  • jaga pola makan agar ngga gemuk, karena postur tubuh sudah ideal tuh :D
  • selalu hormat dan nurut dengan orang tua dalam hal positif


AMG

Pearl Word, love edition 2

Kata Mutiara

Siapapun kita, didalam hati kita,
menyimpan kenangan akan masa dimana kita hidup dan mencintai,
hari ini lebih berarti karena dibangun dari jati diri kita,
tempat yang pernah kita lalui dan jalan setapak yang sudah kita lewati
mungkin bagi dunia, kau adalah seorang,
tapi mungkin bagi seseorang, kau adalah dunianya.

mungkin saja seseorang yang kau cintai,
dialah orang yang membuat hatimu sangat terluka,
dan mungkin saja seseorang yang menangis bersamamu,
adalah cinta yang tak kamu sadari.

Siapa tahu batu yang menjadi halangan buatmu,,
justru itu yang akan menjadi sandaran buatmu...

jika engkau bercermin, terlihat wajahmu yang cantik,
maka jangan nodai kecantikan itu dengan perilaku yang buruk,

jika engkau bercermin, terlihat wajahmu yang buruk,
maka jangan tambahkan keburukan itu dengan perilaku yang tidak baik.


Rabu, 17 Agustus 2011

Aroma harum Al-qur'an

kata mutiara
  • perumpamaan orang muslim yang membaca Al-qur'an, adalah seperti buah jeruk, baunya semerbak dan rasanya enak.

  • perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-qur'an adalah seperti kurma, tidak menebarkan bau wangi, tapi manis rasanya.

  • perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah bagaikan minyak zaitun, baunya wangi, tetapi pahit rasanya.

  • dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti Handhalah (sejenis paria), tidak mempunyai bau, dan pahit sekali rasanya.

Pearl Word, islamic edition

 kata mutiara

Disetiap tetesan nikmat yang kita rasakan,
ada baiknya kita mengingat bahwa ada orang lain
yang juga berhak untuk merasakannya

Dalam kesenangan ada wajah Allah,
dalam kesusahan juga ada wajah Allah,
dalam kebahagiaan ada wajah Allah,
dan dalam kesedihan juga ada wajah Allah,
disetiap keadaan akan selalu ada wajah Allah.

bahwa kesukacitaan itu tidak boleh milik kita semata,
bahwa kegembiraan itu tidak boleh hanya kita yang merasakan.

secara fitrahnya, Dia selalu berkenan memberkahi hidup kita.

Alloh, tuhan kita semua,
menjanjikan kebahagiaan bila kita mau berbagi,
Alloh tuhan kita semua,
menjanjikan bantuan darinya, bagi siapa saja yang berkenan membantu sesama.

Tanyakan! tanyakan kepada diri kita,
apa yang sudah kita lakukan ketika Alloh memberikan kepada kita kenikmatan,
yang dengannya kita diminta untuk berbagi.
Alloh akan senantiasa membantu kita
selama kita berkenan membantu sesama

sudah waktunya kita mulai belajar menghargai pemberian Alloh,
dengan tidak mudah mengeluh,
dan mulai belajar untuk kenikmatan.

dan tahukah saudara? puncak segala kesulitan
adalah ketika kita harus mempertanggungjawabkan
untuk apa umur yang sudah kita habiskan ini
dihari penghisapan kelak.

sedekah akan mengajarkan rasa syukur,
menghancurkan tembok-tembok kesombongan,
merubuhkan tiang-tiang keserakahan.
sedekah akan membersihkan hati dan harta,
sehingga mudah dibawa mendekat kepada sang kholiq.

bukan cuma daun duang lho yang kudu dipotong,
yang kudu dibuang, bila rusak, bila busuk.
tapi juga harta kita belum tentu bersih,
baik proses nerima dan mencarinya,
maupun kadar kewajiban pengeluarannya.

hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya,
hidup ditepi jalan dan dilempari orang dengan batu,
tetapi dibalas dengan buah.


Fifien
18 Agustus 2011, 04.45 WIB

Kurang Saling Menghargai?

Kurang Saling Menghargai? : Finayatul Maula, jurusan International Class Program Teacher Education of Elementary School, Universitas Islam Negeri Malang.

Artikel

Banyak pendapat menyatakan anak muda sekarang kurang menghargai sesamanya, penghormatan kepada orang yang lebih tua dan empati kepada yang menderita dinilai menipis. Salah satu contohnya yang mudah dilihat adalah membiarkan orang tua, perempuan hamil atau ibu yang sedang menggendong anaknya berdiri, sementara anak muda memilih tetap duduk di kursi dalam angkutan umum. Benarkah itu?
Iya, memang tak dapat dipungkiri, seiring dengan perkembangan zaman, tingkah laku para remaja kian berubah dari waktu ke waktu. Rasa hormat terhadap orang yang lebih tua secara terang-terangan sering kali tak ditunjukkan. Datangnya kebudayaan dari barat sangat mempengaruhi nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia, sehingga semakin lama nilai tradisional Negara kita sendiri semakin pudar. Para remaja Indonesia kian mengikuti dan mencontoh kebudayaan luar negeri dan melupakan nilai-nilai tradisional Negara sendiri, seperti contohnya kesopanan.
Sopan santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan salah satu ciri khas dari masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, serta adat istiadat yg dijunjung tinggi. Namun, apabila kita berkaca pada kehidupan bangsa saat ini, sungguh ironis sekali dimana banyak sekali pergeseran yang dilakukan oleh anak- anak, remaja mengenai budaya sopan santun ini. Di majalah, televisi, internet, tak jarang orang berani melakukan perilaku yang sebenarnya dianggap tidak sopan, namun sudah dianggap biasa.
Secara tidak langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan bertatakrama, jati diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai luntur. Inilah masalah besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang seharusnya kitaperhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa ini yang masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak lagi orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan santun tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi permasalahan bangsa indonesia saat ini. “Krisis jati diri” mungkin itu kata yang tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau berfikir. Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya , namun bangsa ini kini telah kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang duluhebat karena budayanya, kini telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang menimbulkan masalah yang lebih besar dan mengerikan.
Pada dasarnya kita harus sopan dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun. Apalagi kita hidup dalam budaya Timur yang sarat akan nilai-nilai kesopanan, sehingga seharusnya kita berpatokan dalam budaya timur dan berpedoman pada sopan santun ala timur. Sopan santun itu bukan warisan semata dari nenek moyang, lebih dari itu, dia sudah menjadi kepribadian kita. Memang kadar kesopanan yang berlaku dalam setiap masyarakat berbeda–beda, tergantung dari kondisi sosial setempat. Dan permasalahan ini sangat komplek karena berkaitan dengan faktor internal dan eksternal yang menyebabnya lunturnya nilai sopan santun.
Faktor eksternal terealisasi dalam kondisi sekarang yang secara realita kebudayaan terus berubah karena masuknya budaya barat yang akan sulit mempertahankan kesopanan disemua keadaan ataupun disemua tempat. Perubahan tersebut mengalami dekadensi karena berbedanya kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, diluar negeri orang yang berpakaian bikini dipantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan. Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul, dibarat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh mencium bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring sepenuhnya menyebabkan lunturnya sopan santun.
Sedangkan faktor internalnya ada pada diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa. Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat disekolah mungkin sudah cukup tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan media massa kurang mendukung tindakan sopan disemua tempat ataupun sebaliknya, sehingga membuat tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-anak atau pun remaja hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya penyebutan nama bagi yang umurnya lebih tua masih dianggap tidak sopan sehingga mereka memanggil mas, bang, aa, ataupun yang lain. Sedangkan dalam berpakaian ataupun yang lain kurang diperhatikan. Kita sendiri tak memungkiri keadaan tersebut , kondisi lingkungan yang kurang peduli terhadap kesopanan, sehingga akhirnya pada saat-saat tertentu saja kita sopan. Seperti disekolah, ditempat kuliah, ataupun di tempat-tempat formal yang lainnya. Keadaan ini seharusnya jangan sampai terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya kebudayaan kita dan mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.
Fakta lain yang menunjukkan menurunnya tingkat kesopanan remaja di Indonesia adahal seperti halnya zaman dahulu, para remaja sangatlah sopan terhadap orang yang lebih tua. Mereka harus berlutut atau dalam bahasa jawa “sungkem” jika sedang berhadapan dengan orang yang lebih tua. Para remaja sangat hormat dan tunduk kepada orang tua dan hal tersebut membuktikan bahwa para remaja sangatlah sopan terhadap orang tua. Tetapi sangatlah berbeda dengan zaman sekarang. Kebanyakan remaja berlaku tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Melawan ketika dinasihati, memotong pembicaraan, membiarkan berdiri sedangkan ia tetap memilih duduk dikursi dalam angkutan umum, dan masih banyak lagi lainnya.
Melihat kondisi demikian, agaknya tepat jika orang tua ikut berperan dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua pula dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut. Namun mengajarkan etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari. Hal ini membutuhkan proses yang cukup panjang dan haris dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal untik membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan sopan santun.
Pendidikan karakter juga harus terus diupayakan sebagai pengganti dari konsep Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kini telah tiada dan hanya tinggal menjadi sebuah nama dalam perjalanan sejarah masa lalu. Pengertian karakter yang banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence) kiranya bisa membantu dalam membentuk norma kesopanan pada anak. Hal ini Mengingat lingkungan pendidikan merupakan tempat di mana waktu banyak dihabiskan maka perannya juga tidak boleh dikecilkan. Sayangnya, pendidikan budaya di lingkungan sekolah sejauh ini belum bisa mencapai tujuan utamanya. Pendidikan bahasa Jawa hanya mengajarkan tutur bahasa Jawa. Seharusnya, pengajaran tentang kebudayaan Jawa yang berkaitan dengan budi pekerti dan kepribadian juga diajarkan. Perkembangan zaman saat ini merupakan pemicu dari lambatnya pemahaman budaya masyarakat termasuk pendidik. Selain itu, secara disiplin ilmu mereka juga tidak paham tentang budaya sebenarnya. Padahal pendidikan karakter yang selama ini digemborkan dalam sistem pendidikan, sangat erat kaitannya dengan kearifan lokal, termasuk budaya dan bahasa Jawa.
Nilai-nilai tradisional sebenarnya sangatlah penting bagi remaja-remaja itu sendiri. Nilai-nilai kesopanan yang dibawa remaja-remaja Indonesia akan memberi dampak positif bagi mereka yang membawanya. Remaja-remaja yang menjaga kesopanan di mana saja dan terhadap siapa saja akan dinilai lebih oleh orang lain dan hal tersebut menjadikan image yang bagus bagi remaja itu sendiri. Menjaga kesopanan juga menjanjikan masa depan yang lebih baik karena orang-orang akan menganggap kita tinggi dan bermartabat.
Nilai-nilai tradisional terutama kesopanan harus tetap dijaga para remaja Indonesia sehingga tidak hilang seiring dengan berkembangnya zaman. Nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan orang banyak. Dengan menjaga nilai-nilai kesopanan kita, para remaja yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa Indonesia dengan menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah dibawa dari dulu.
Tulisan ini hanya sekadar mengungkapkan kekecewaan penulis atas berkurangnya nilai-nilai kesopanan yang dimiliki bangsa ini. Marilah kita mulai membuka mata, dan melihat kembali di sekeliling kita, apakah sopan santun itu masih ada, atau hanya akan menjadi budaya yang terlupakan oleh bangsa ini.
Renungkanlah sejenak, meskipun kesopanan itu merupakan bagian kecil dari kehidupan, kesopanan inilah yang akan membuat hidup kita jadi lebih baik. Mari kita mulai untuk menghidupkan kembali budaya sopan santun yang baik. Menanamkan itu pada anak cucu kita, sehingga ciri khas dari bangsa ini tidak akan hilang ditelan waktu. “Sopan santun sebuah budaya yang terlupakan” hanyalah sebagai pengingat untuk kita agar tidak melupakan perilaku sopan dan santun dalam kehidupan ini.
Teruntuk generasi-generasi muda Indonesia yang cerdas, semangat, baik, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, moral yang baik dan menjunjung tinggi kesopanan, mari kita bersatu rapatkan barisan kita, perbaiki kembali kepribadian kita, akhlak kita, moral kita, dan lihatlah ke dalam diri kita sendiri dan renungkan kembali apa yang harus kita lakukan sebagai generasi muda Indonesia agar Negara kita Negara yang bersih, sehat, maju, kuat, dan cerdas dengan anak-anak dari generasi yang akan datang. Kita semua tahu, sebagi generasi muda Indonesia masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda selanjutnya yang akan maju menggantikan generasi senior yang memang sudah waktunya menyerahkan kepemimpinan kepada generasi-generasi muda untuk mengurus dan membenahi Negara kita Indonesia menjadi Negara yang lebih baik, adil, jujur, dan bersih dari segala macam keburukan-keburukan yang kotor.

Selasa, 16 Agustus 2011

Segenap Keberadaanku


Puisi
Segenap keberadaanku, telah menjadi dawai kecapi rohani
Yang sejak disentuh tangan kekasih
Mulailah hayal meraung-raung kesurgaloka
Ku  berjalan ditepi laut
Ku temui ikan-ikan disegara mulai jaga
Malampun mengadu padaku
Iya mulai kantuk menuju siang
Melihat rajutan cinta yang kini
Tak lagi terjahit rapi
Aku menyesal apabila harus meninggalkan taman dunia ini
Kan ku bawakan butiran-butiran jagung keluguan
Agar kau simpan di palung hatimu
Aku tak bisa bawakan gula-gula dari mesir
Yang amat mahal itu
Tapi, ku coba saksikan kata dan cinta jujur
Bukan tuk direnungi
Tetapi diperuntukkan bagi para pecinta sejati
Agar diambil dengan segala hormat
Terakhir, ini penting bagi kalian
Jika nanti malam kalian bertemu tuhan
Tolong tanyakan padanya
Apakah kita tak pisah dlaam perpisahan ini?

Maulawiyah

Nikmat Keiblisan

Puisi
Bila seutuh nama telah merelief di hati
Maka mungkin tiap lakukan bayang-bayangmu
Sangat sulit teraniaya oleh pemandangan indah lain
Tapi terkadang dalam hati tetap terjadi perkelahian
Baik dan buruklah pemain setianya
Aku kuatir jika suatu saat hatiku
Yang sekarang tersepuh lapisan malu
Akan gegeraham lalu berani mengintip
Hasrat aneh itu lagi
Dan ketakutanku mengalami peningkatan
Apabila dalam susunan oktav asmaraku
Terselip setengah kecil panduan nikmat keiblisan
Walau sering berwajah kenabian

Maulawiyah

Minggu, 14 Agustus 2011

Social Prophet


Article

Terminology of Social Prophet
May be we feel seldom to hear, yeah! Because this term is a phrase that need thought complexity when we want to understand it. Just some people who use this word, and may be for some people still suppose that term of social prophet have ambiguous meaning.
An idiom of social prophet is composed by two word, “prophet” and “social”. Prophet as we know that become messenger of God, whereas the social term is aim to environment of society which the meaning is have full attention to public interest and always helpful to other person. So from here, we can explain that social prophet is a man who has the awareness to carry out the important role in a range of social life. It may also argue that the social prophet is a designation for people who are very concerned about the condition of everyone around them, like help and more put the interests of others rather than self-interest.
If the reality like that, one question will be appeared, “who will disserve the title of social prophet?” For a moment coming back to father figure who was willing to sacrifice (soul, body) for one purpose, to make his family happy life.


A Story
The illustration about prophet in discussion above, make our reminding a story about father who lives in an environment of ignorance, misguided mind and morality.
Once upon a time, there is a father who tries the right to life for his family as much as possible to avoid the practice of corruption, collusion, and nepotism. At first he was a petty official in one department of the State. Within a short time has raised her dedication to the switch position to the loaded with the velocity of money with very large numbers. This is where the story begins, father is a special place that is always in the neighborhood this desire almost by workers. Yes, when everyone is doing a variety of ways until sweet-faced before to the leader to get that position, but the father simply get the job.
Imagine, if that part is the part that most have a circulation of large amounts of money and a greater likelihood to gain wealth from the circulation path. Reasonable doubt is the assurance of allowed/forbidden ways in which, of course within the department of State, spoke about the procedures for its management based on technical guidelines and laws. Being weird when not feeling comfortable when it gets such a privileged position, by contrast god is raised, lowered, or is testing his position, but it is not important in this story.
Some of the facts found, make in to he seemed to keep away from the work environment, come to a saturation point he must submit himself to transfer to another area which is considered sufficient to make him comfortable, and still the same task. This he viewed as a move toward a peace that is expected. However, the expected condition and does not require much different analogical thinking which is still in one department and part of the same, if it has become part of the tradition it is likely that different area will exist the fact of it.
Determination to maintain the sanctity of his plan, requires that he create an environment that supports that intention. Arrive at a decision after a month of work, returning to their hometown to work and deliver good intentions to his supervisor, to establish a clear mechanism in its businesses. The world is often said on the contrary, good intentions bear fruit spicy innuendo (sarcasm), "if still hoping for fortune and such an environment to move and work alone in popole (empty-isolated islands).
Hope to have the support to be able to establish a fruitful mechanism of the good life her down. Up to one last choice, a teacher in religion-based schools is felt at least more fun than ever before.

Reflection
1. Umar bin Khattab, the leader who gives rice for the hungry in the dark
2. Umar bin Abdul Aziz, whom the room lights just for the sake of service
3. Sidhartha Gaotama, Crown Prince who left the glittering castle to interpret the life of "dharma"
4. al-Masih, the son of maryam who talks about compassion
5. and many more of the above figures around us, and there is only one in my mind "you, who have read this paper"

Maula,
Sidoarjo, July 9, 2011

Nasib Pendidikan di Tangan Guru


 Resensi Buku


Judul Buku    : Menjadi Guru Favorit
Penulis           : Akhmad Muhaimin Azzet 
Penerbit         : Ar-Ruzz Media 
Cetakan         : I, 2011 
Tebal              : 144 hlm
Peresensi       : Finayatul Maula *)


Sebagai profesi yang mulia, guru mempunyai tanggung jawab besar yang harus dipikulnya. Guru tidak hanya sebagai perantara ilmu, tetapi juga bertanggung jawab menjadikan murid-muridnya sebagai insan yang berkualitas dan bermoral serta berperadaban yang bisa membangun negeri ini menuju puncak kejayaan.
Melihat mulia dan agungnya profesi guru, menyaratkannya untuk senantiasa mengembangkan profesionalitas yang dimilikinya melalui proses pembelajaran yang tak kenal waktu (life long education) sehingga diharapkan guru mampu memberikan layanan pendidikan yang optimal pada siswa. Di sini lahirlah paradigm bahwa kelas bukanlah sarana bagi guru melakukan pertunjukan kemampuan keilmuannya, melainkan sarana bagi siswa untuk belajar.
Hanya orang-orang tertentu saja yang mempunyai rasa cinta terhadap peserta didik dan berdedikasi tinggi dalam dunia pendidikan sehingga mampu menjadi seorang guru yang berhasil. Tidak sedikit pula guru yang gagal melaksanakan tugasnya. Ia hanya mengajar begitu saja tanpa mempertimbangkan dan bertanya kembali apakah yang diajarkan dapat diterima dengan baik oleh murid-muridnya atau tidak, profesi guru tidak lebih dari sekadar kebutuhan pekerjaan atau sebagai lading untuk mencari nafkah.
Motivasi dan kecintaan seseorang untuk menjadi guru harus terpancang sejak awal ketika menekuni profesi sebagai guru. Hal ini patut dijaga agar seseorang tetap bersemangat menghadapi anak didiknya dalam proses belajar mengajar. Jadi motivasi dan kecintaan ini semacam ruh bagi seorang guru agar selalu dekat dengan anak didiknya sehingga apa yang disampaikannya dalam proses belajar mengajar mudah diterima. Inilah kunci penting bagi keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Kalau hanya sekadar menyampaikan ilmu pengetahuan, semua orang bisa melakukannya. Akan tetapi menjadi guru yang sukses mendidik dan menjadi favorit bagi murid-muridnya, tentu bukan hal yang mudah.Semuanya membutuhkan cara dan proses. Seorang guru harus bisa menjalin hubungan yang dekat dengan anak didik, baik secara fisik maupun batin. Selain itu seorang guru harus dapat membangun suasana yang menyenangkan di dalam kelas, dapat berperan sebagai orang tua kedua, menjadi motivator, menjadi sahabat dalam belajar, menjadi pribadi yang layak ditiru dan sebagainya.
Nah, buku ini hadir sebagai pegangan bagi Anda para pendidik yang ingin menjadi favorit bagi murid-murid sehingga berhasil dalam mencapai tujuan dari belajar mengajar yang dilakukan. Semua tips dan trik menjadi guru favorit dan dicintai murid-murid diuraikan secara jelas dan padat dalam buku ini. Jadi, tunggu apa lagi? Jadilah guru favorit yang berhasil mendidik murid-murid menjadi insan yang cerdas sekaligus berakhlak mulia. Karena di tangan seorang gurulah proses pendidikan secara umum dapat berhasil.
Untuk mempermudah pembaca, penulis membagi buku ini menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama menjelaskan bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia. Karena di pundaknyalah tertanam sebuah tanggung jawab untuk menjadikan anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan.
Pada bagian kedua, penulis membantu pembaca mengenal berbagai tips dan trick menjadi guru favorit. Dimana modal utamanya adalah mempunyai hubungan yang dekat dengan anak didik. Dengan adanya kedekatan ini, diharapkan anak didik dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya dengan perasaan santai dan pikiran tenang. Guru juga harus pandai membangun suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar, dapat berperan sebagai orangtua kedua di sekolah, sabar dalam mengajar, mempunyai jiwa seni dan menjadi motivator yang membuat anak didiknya senantiasa bersemangat dalam meraih cita-cita.
Dan pada bagian ketiga, penulis ingin pembaca paham tentang kunci sukses atas semua aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru, yaitu dengan memberikan yang terbaik sepenuh cinta. Inilah yang menjadi spirit seorang guru ketika menghadapi anak didiknya dalam proses belajar mengajar. Semua materi pelajaranpun juga harus dipersiapkan agar guru dapat memberikan penjelasan  yang baik kepada anak didiknya perihal kepemahamannya atas materi pelajaran. Setelah menguasai materi dengan baik, guru juga dituntut dapat menggunakan metode secara tepat dan menarik yang membuat anak didik senang mengikuti pelajaran yang diampu oleh sang guru.
Menjadi guru favorit, sebuah buku motivasi, dimana Penulis menuntun kita untuk mendapatkan paradigma baru yang lebih baik dengan kata dan kalimat motivasi yang luar biasa dan menginformasikan kepada kita agar menjadi guru yang berhasil mengajar sekaligus mendidik di hadapan murid.
Buku ini ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti, yang didalamnya terdapat semacam penyejuk dan pembuka mata kita terhadap dunia guru yang tidak boleh dipandang sebagai profesi sebelah mata. Disaat pembaca mampu menyelesaikan satu bab dan beralih ke bab lain, pembaca akan menemukan sepercik hikmah yang akan menjadi cahaya besar dalam hidup ini.
Semoga mata hati dan mata kasat kita mulai menampakkan sinar yang cerah terhadap dunia pendidikan. Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Minimal kita mulai dari diri kita sendiri untuk berbenah dalam menggapai masa depan yang lebih gemilang dan berprospek cerah. Siapa tahu kita menjadi pelopor untuk mencerdaskan bangsa dan memunculkan kejayaan di negeri ini. Cerdas yang tidak hanya cerdas, dan kejayaan yang tidak hanya kejayaan, tapi benar-benar esensial dan fundamental menampakkan hasil yang positif dan berkualitas.


*Aktif di Lembaga Kajian Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang