Lidah orang berakal di belakang hatinya, dan hati orang bodoh di belakang lidahnya. ketahuilah lidah laksana seekor binatang buas. jika kalian lepaskan pasti dia akan membunuh.


mawlawiyah

Selasa, 06 Desember 2011

Organisasi Sebagai Wadah Aktualisasi Pendidikan Mahasiswa Masa Kini


By : Maulawiyah

Organisasi merupakan kesatuan sistemik berbagai bagian dan menjamin setiap bagian dalam proses organisasi memperoleh pori yang sesuai dengan kapasitas dan posisinya.[1] Organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu kerjasama berdasarkan suatu pembagian kerja yang tetap. Hidup berkelompok pada umumnya membutuhkan suatu perkumpulan atau organisasi. Didalam UUD'45 pasal 28E ayat 3 sudah dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.[2] Dalam hal ini berorganisasi disebutkan dengan istilah berserikat, sedangkan apabila kerjasamanya tidak permanent disebut berkumpul.
Sedangkan organisasi kemahasiswaan adalah organisasi dalam naungan perguruan tinggi yang berfungsi sebagai wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan kecendikiawanan, dan integritas kepribadian untuk mencapai tujuan perguruan tinggi.[3]  Organisasi berperan sebagai wadah aktualisasi dan pengembangan diri dalam rangka mengembangkan softskills dan karakter kepemimpinan mahasiswa.
Dalam suatu organisasi khususnya organisasi mahasiswa, bukan berarti yang memiliki banyak anggota dan tidak pernah terjadi konflik. Karena dengan adanya konflik akan menjadikan mereka mampu mengatasi dan memanajemen berbagai konflik yang akan bermunculan selanjutnya. Yang demikian itu akan menjadi eksistensi dan dinamika dalam organisasi yang ideal dimana terdapat beberapa tahapan seperti tahap pembentukan, konflik, pelaksanaan dan pembubaran.
Organisasi sebagai wadah yang positif untuk aktualisasi mahasiswa. Jika kita pandang dari segi psikologi, maka akan mengacu kepada aliran humanistik psikologi dengan Abraham Maslow sebagai salah satu pelopornya. [4] Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi-potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.[5]
Dalam pandangan Maslow, mengatakan bahwa manusia selain membutuhkan kebutuhan fisiologis, rasa aman, dicintai, disayangi dan dihargai, manusia juga memiliki kebutuhan aktualisasi dirinya. Manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak pengalaman-pengalaman berharga dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya. Mereka akan memiliki kemampuan menerima diri sendiri dan orang lain dan juga memiliki rasa segan dan rasa hormat terhadap orang lain. Dengan demikian, akan terjadi rasa persaudaraan atau Gemeinschaftsgefuhl seperti kepekaan social, simpati dan perikemanusiaan serta keterbukaan akan adanya perbedaan individual dan etnis.[6] Kalau kita melihat di dunia pendidikan dimana banyak organisasi yang bermunculan baik ekstra maupun intra, itu dikarenakan kebutuhan akan dihargai dan aktualisasi diri itu. Kondisi psikis orang yang aktif berorganisasi lebih bagus dalam rangka mencapai kepribadian yang matang dan bersosialisasi terhadap orang lain dari pada orang yang tidak berorganisasi.
Setiap individu, memiliki yang namanya motif untuk selalu bersama-sama yang tertuang dalam organisasi. Sehingga dapat dikatakan orang yang aktif dalam organisasi memiliki konsep diri yang bagus karena mereka bergabung dengan komunitas dan orang-orang yang berlatarbelakang yang berbeda-beda.
Mahasiswa tidak dapat dipungkiri merupakan garda terdepan bangsa dalam kemajuan bangsa. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa sejarah bangsa-bangsa di dunia juga tidak pernah menisbikan peran para mahasiswa. Namun pada dewasa ini seringkali terjadi bentuk persepsi yang salah pada masyarakat awam ketika melihat bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan oleh mahasiswa, inipun terjadi seringkali karena kurang imbangnya pemberitaan yang dilakukan oleh media massa.
Hal ini kemudian memberikan pandangan negatif terhadap orang tua yang memiliki anak yang akan masuk kuliah atau yang sedang kuliah. Seringkali mereka mewanti-wanti agar anaknya tidak ikut-ikutan organisasi di kampus yang nanti malah mengganggu kegiatan kuliahnya. Pola pikir yang dimiliki orang tua tersebut memang sangat beralasan. Sebab mereka ingin melihat anaknya dapat lulus dengan nilai yang memuaskan selain itu, juga karena biaya pendidikan yang ada sekarang juga semakin mahal ditambah biaya hidup bagi mahasiswa yang indekos, sangat membebani bagi keluarga yang pendapatannya pas-pasan. Oleh karena itu dapat dimaklumi jika keinginan orang tua melarang anaknya untuk berorganisasi di kampus, supaya anaknya dapat segera lulus kuliah dan memperoleh masa depan yang lebih baik.
Namun cerita seperti di atas terjadi tidak kepada semua mahasiswa. Rendahnya minat mahasiswa berorganisasi juga disebabkan karena memang masih ‘enggannya’ diri mahasiswa sendiri untuk berorganisasi di kampus. Banyak alasan yang seringkali mengemuka atas ke-engganan mahasiswa berorganisasi di kampus, diantaranya ialah karena tugas kuliah sehari-hari yang sudah banyak, kegiatan organisasi yang kurang begitu menarik bagi mereka, atau karena tidak mau terbebani dengan kegiatan organisasi kampus. Dari sekian banyak alasan yang dikemukakan di atas ada faktor lain juga yang sebenarnya dapat mempengaruhi minat seorang mahasiswa untuk berorganisasi di kampus. Faktor itu adalah semakin banyak dan beranekaragam berbagai bisnis hiburan baru yang mucul di kota-kota sentra pendidikan tinggi, seperti mall, tempat nonton, dan tempat-tempat hiburan yang lain.
Telah banyak kita ketahui bahwa berorganisasi memberikan nilai positif yang akan membuat mahasiswa mendapatkan pengalaman baru yang tidak akan mungkin di dapat dari ruang kuliah saja. Berorganisasi akan memberikan ruang kepada mahasiswa untuk dapat berkreasi dan beraktivitas secara lebih luas. Mahasiswa akan banyak berinteraksi dengan orang lain yang berlatar belakang berbeda-beda. Disinilah kemampuan komunikasi dan emosi (emotional quotient) mahasiswa akan terlatih dalam menghadapi berbagai persoalan dan konflik yang terjadi. Kedewasaan berpikir mahasiswa akan semakin tumbuh seiring aktifnya berorganisasi di kampus. Bahkan seringkali pengalaman berorganisasi di kampus akan sedikit banyak membantu kawan-kawan dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti.
Sebenarnya berorganisasi di kampus jika dilakukan dengan benar juga tidak sepenuhnya akan mengganggu kegiatan kuliah yang ada. Terbukti dengan orang-orang yang berorganisasi tanpa mengganggu kegiatan kuliah bahkan prestasinya juga tidak kalah menggembirakan. Misalnya, Prof. Dr. H. Imam Suprayogo yang dulunya sewaktu mahasiswa, dia adalah orang yang aktif berorganisasi dan sekarang bisa menjabat sebagai rektor di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Di dalam realita berorganisasi saat ini, sepertinya banyak terjadi kekurangan dalam kaderisasi, dimana tidak ada proses penyaringan yang berarti antara anak yang berniat mengikuti organisasi maupun yang tidak niat. Asal mempunyai anggota banyak dirasa sudah cukup untuk membangun organisasi itu sendiri. Padahal banyaknya anggota saja tidak cukup, diperlukan orang-orang yang mempunyai satu visi, misi dan cara berfikir yang kritis serta kesungguhan dalam membawa nama baik dan mengembangkan organisasi itu sendiri.
Selain itu juga orang-orang yang sudah terjun di dunia organisasi, ada kalanya mereka mengikuti figur atasan yang kurang tepat. Pimpinan organisasi yang prilakunya tidak baik, dianggap tetap saja menjadi figur yang pantas ditiru oleh anggotanya karena kedudukan yang lebih tinggi dan mampu memberikan keuntungan yang menyebabkan sering terjadinya penyimpangan dari tujuan terbentuknya organisasi. Hal itu bisa menjadi contoh benih dasar kenapa para anggota wakil rakyat atau pejabat melakukan berbagai tindakan korupsi. Meski tidak menuntut kemungkinan juga selain berorganisasi yang salah, tetapi juga bagaimana parenting dan masa lalu mereka yang kurang bagus.
Pola pikir sebagian aktivis mahasiswa yang seringkali salah kaprah, karena terlalu sibuk dengan organisasinya dan melupakan kuliahnya sudah selayaknya harus segera dihapus. Jangan jadikan berorganisasi membuat kawan-kawan melupakan kuliah tetapi, jadikan berorganisasi sebagai penyokong dan penyemangat bagi kegiatan kuliah kawan-kawan. Sudah selayaknya bagi orang tua dan mahasiswa sendiri menyadari bahwa berorganisasi itu akan memberikan pengaruh positif jika dilakukan dengan cara yang benar. Memang tidak secara pasti bahwa setiap mahasiswa yang aktif berorganisasi akan memiliki prestasi yang baik atau akan memperoleh masa depan yang cemerlang. Berorganisasi hanyalah sebuah jalan, seberapa jauh yang dicapai semua tergantung dari seberapa keras usaha yang dilakukan masing-masing orang.
Upaya menumbuhkan minat mahasiswa untuk berorganisasi harus menjadi perhatian (concern) baik itu orang tua, mahasiswa, serta otoritas kampus. Upaya membangun komunikasi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya berorganisasi baik bagi orang tua dan mahasiswa perlu dilakukan. Serta tidak kalah pentingnya adalah, dukungan dari kebijakan otoritas kampus yang mampu membuat minat mahasiswa untuk berorganisasi bertambah juga harus dilakukan. Contoh saja seperti kebijakan yang diambil UIN Malang yang mensyaratkan mahasiswanya untuk memperoleh sertifikat aktif dalam kegiatan organisasi kampus untuk dapat di wisuda serta memprioritaskan mahasiswa yang aktif berorganisasi untuk mendapatkan beasiswa. Upaya yang dilakukan seperti ini akan sedikit banyak mendorong mahasiswa untuk aktif berorganisasi di kampus. Tanpa adanya keaktifan mahasiswa berorganisasi di kampus maka, secara tidak langsung akan membuat eksistensi kampus juga akan dipertanyakan keberadaannya.


[1] In’am, Muhammad Esha; Syaifuddin, Helmi; Faishol, Muhammad, ed. 2 Tahun Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. (Malang: UIN-Malang Press, 2006) hlm. 30
[2] Karya Ilmu Surabaya. Sejarah Perjalanan UUD’45. (Surabaya: KIS, 2011). Hlm. 31
[3] Angga Teguh Prasetyo. Kamus Istilah Pendidikan. (Malang: Aditya Media Publishing. 2011). Hlm. 76
[4] Abraham H. Maslow. Toward a Psychology of Being, 2d ed. (New York: D. Van Nostrad, 1968). Hlm. 25.
[5] Abraham H. Maslow. Farther Reaches of Human Nature. (New York: Orbis Book, 1986). Hlm. 260
[6] George, C. Boeree.  Personality Theories. (Yogyakarta: Prismasophie, 2009), hlm.260.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar