Lidah orang berakal di belakang hatinya, dan hati orang bodoh di belakang lidahnya. ketahuilah lidah laksana seekor binatang buas. jika kalian lepaskan pasti dia akan membunuh.


mawlawiyah

Senin, 19 September 2011

Musik Sebagai Kunci Emas Pembuka Pintu Kebijakan Manusia


Banyak penelitian dan fakta telah membuktikan, bahwa musik memerankan peran yang tak tergantikan terhadap pembinaan kepribadian yang baik dan bakat anak, musik yang indah akan membuat daya konsentrasi anak, daya ingat, daya imajinasi dan pengenalan anak memperoleh peningkatan yang optimal. Oleh karena itu, musik dianggap sebagai kunci emas pembuka pintu kebijakan manusia.
Musisi terkenal Roger North percaya bahwa "tujuan musik ada dua: pertama adalah dengan suara yang murni membuat indra manusia terasa nyaman; kedua adalah membuat orang terharu atau membangkitkan antusias manusia".
Selain itu, musik lebih dapat menggetarkan sukma, menginspirasi mental dan kecerdasan, karena itu Einstein pernah mengatakan : "tanpa ada pendidikan musik di masa awal, semua yang aku lakukan takkan ada satupun yang berhasil".
Musik yang dapat dipergunakan untuk pendidikan dan alat mempertajam kecerdasan manusia adalah musik yang mempunyai keseimbangan 3 unsur: Melody, Ritme, dan Timbre (tone colour). IQ (Intelegent Quotien), EQ (Emotional Quotien) dan SQ (Spiritual Quotien) berpengaruh sangat besar pada proses perkembangan kecerdasan seorang anak. Pada Musik, IQ, EQ, SQ dapat diibaratkan seperti beat, irama, dan melodi. Anak yang sejak dalam kandungan terbiasa didengarkan musik biasanya kecerdasan emosional dan intelegensinya lebih berkembang dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik.
Yang dimaksud dengan musik diatas ialah musik dengan irama yang teratur, bukan musik bernada keras yang membuat bising. Musik yang teratur tidaklah semata mata hanya dapat di perdengarkan melalui alat alat musik pada umumnya. Dengan bersenandung pun kita dapat menghasilkan musik dengan irama yang teratur.
Menurut Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D., getaran musik yang masuk melalui telinga dapat mempengaruhi kejiwaan, Ini terjadi karena didalam otak manusia, terdapat jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi. Makanya tidak salah pada abad 19 seorang penulis di Inggris pernah berkata “Musik itu adalah nyanyian para malaikat”.
Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron, menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Penelitian bagaimana pengaruh musik terhadap kecerdasan juga dilakukan oleh Prof. Gordon Shaw dari Universitas California, Los Angeles, Dia membagi sekelompok anak menjadi 3 kelompok: Belajar Musik, Belajar Komputer, dan Belajar Keterampilan. Ternyata kelompok pertama menunjukkan perkembangan yang dramatis, yaitu 35% lebih cerdas dari kelompok kedua maupun ketiga.
Usia yang cocok bagi anak berlatih musik, yaitu usia 3 atau 4 sampai 6 tahun. Usia tersebut adalah masa yang paling tepat untuk mulai belajar musik, karena masa ini adalah masa terbaik pada perkembangan pendengaran.
Selain itu, pada usia 8-9 tahun, otak kanan dan kiri akan terhubung dan akan mengalami penebalan pada penghubung otak kanan dan kiri. Untuk itu apabila diberikan pendidikan musik sebelum anak berusia 8 tahun, maka dapat meningkatkan kecerdasan. Hal ini banyak dibuktikan di negara-negara maju, sehingga musik dipakai sebagai kurikulum pelajaran wajib.
Semua jenis musik akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak. Ada 3 buah jaras Retikuler atau Reticular Activating System yang diketahui sampai saat ini. Pertama: jaras retikuler-talamus. Musik akan diterima langsung oleh Talamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Kedua: melalui Hipotalamus mempengaruhi struktur basal "forebrain" termasuk sistem limbik, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain.Seorang peneliti Ira Altschuler mengatakan "Sekali suatu stimulus mencapai Talamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinvasi".
Sebuah survey pada suatu seminar menunjukkan bahwa pendengarnya mengatakan bahwa mereka tidak mendengarkan syair dari sebuah lagu. Namun pada waktu lagu tersebut diperdengarkan, separuh dari mereka dapat melagukannya tanpa mereka sadari. Hal ini menunjukkan adanya memori dalam otak yang mampu merekam apa saja yang masuk melalui pendengarannya bersama musik, tanpa mampu dicerna oleh akal sehat. Kesimpulannya tidak ada lagu/musik yang mampu dicegah masuknya ke dalam otak kita, walaupun kita berkata "saya tidak mendengarkan syairnya"
Jenis musik yang umumnya digunakan dalam hal ini yaitu musik klasik karena dasar-dasarnya sendiri menyerupai ritme denyut nadi manusia, sehingga lebih dimungkinkan jenis ini bisa “masuk” dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter bahkan raga manusia.
Musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80% dengan musik. Sedangkan menurut J. Siegel, dalam bukunya The Developing Mind, Toward a Neurobiology of Interpersonal experience, mengatakan, musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang system limbic jaringan otak.
Bagi seseorang yang tidak menyukai musik, tidak perlu kecil hati. Apapun jenis musiknya, selama berirama tenang dan mengalun lembut, tetap bisa diperdengarkan. Misalnya kalau memang senang mendengarkan musik jazz, atau bahkan gamelan, chanting (alunan pujian doa-doa yang diucapkan seperti bernyanyi), mengapa tidak.
Sampai sekarang manfaat musik terhadap kehidupan manusia masih terus diteliti namun studi penggunaan musik sebagai media terapi kejiwaan telah menunjukkan hasil yang cukup efektif. Seperti pada orang-orang yang memiliki masalah emosional dalam mengungkapkan perasaan serta membantu dalam memperbaiki konflik.Karenanya musik dimanfaatkan untuk meredahkan kegelisahan, mencipta suasana rileks serta menurunkan depresi.
Selain memberi kontribusi yang nyata dalam memperbaiki kesehatan mental pada beberapa studi menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan karena musik bisa untuk menyembuhkan penderita luka bakar, diabetes dan kanker sebagai elemen penguat. Terapi musik juga dapat mengurangi kebutuhan pengobatan selama proses kelahiran dan melengkapi fungsi matirasa dalam operasi dan perawatan gigi, terutama jika yang di rawat merupakan anak-anak serta pasien yang menjalani prosedur pembedahan.
Berbagai tulisan dan penelitian tentang bagaimana pengaruh musik terhadap kecerdasan tidak terbantahkan. Adalah sebuah kewajiban bagi komunitas pendidikan yang konsen terhadap perkembangan otak anak mengintegrasikan dalam proses pembelajaran dengan mendengarkan musik. Sayangnya, di Indonesia kurikulum SD yang menekankan pendidikan musik tampaknya masih sangat kurang. kurikulum kita hanya menekankan perkembangan intelektual, dan kurang menekankan pada perkembangan kecerdasan emosi.
Sepatah kata dari musisi besar Beethoven sebagai penutup rangkaian artikel ini bahwa "Musik adalah inspirasi yang lebih tinggi dibandingkan segala kecerdasan dan segala filsafat".


 Princess Fifien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar